PORTALLNEWS.ID (Bandar Lampung) – Kurikulum Merdeka akan mulai diterapkan di 2.500 sekolah di Indonesia mulai tahun pelajaran 2022/2023 pada 18 Juli 2022 nanti. Lalu, bagaimana substansi dan penerapan Kurikulum Merdeka di sekolah?
Narasumber Nasional PSP (Program Sekolah Penggerak) Angkatan 2, Erwin Junaidi menjadi pemateri In House Training (IHT) Kurikulum Merdeka bagi 44 guru SMP Al Kautsar, Sabtu (18/6/2022). Kegiatan ini dilaksanakan karena SMP Al Kautsar berkomitmen menerapkan Kurikulum Merdeka Jalur Mandiri dengan mengambil pilihan Mandiri Berubah.
Dalam IHT tersebut, Erwin Junaidi merangkum inti sari dari 8 modul Kurikulum Merdeka, termasuk menjelaskan elemen Profil Pelajar Pancasila berikut praktiknya dalam kegiatan project, serta penerapan Capaian Pembelajaran (CP) yang dirancang dalam Fase-Fase.
Dia mengatakan, inti dari Kurikulum Merdeka itu sesuai dengan konsep yang disampaikan oleh Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara, yaitu kontinu, konvergen, dan konsentris.
“Guru harus memberikan pelajaran yang memberi makna, berkelanjutan, dan sesuai dengan ciri khas atau identitas sekolah masing-masing. Selain kemampuan akademik, yang lebih penting itu adalah kemandirian, kejujuran, etos kerja, dan tangggungjawab, sebab sekolah kita itu akan lahir dokter yang amanah, pakar IT yang akan membuat web untuk kemaslahatan, dan lainnya,” ujar Erwin.
Dia menjelaskan, beberapa catatan penting dalam penerapan Kurikulum Merdeka, yaitu tujuan pembelajaran disepakati antara guru dan murid, murid bukan sebagai objek, murid bebas memilih topik materi dan gaya belajar, serta bertanggungajawab atas pilihannya.
“Misalnya ada tugas Bahasa Indonesia, ada anak yang menjawabnya melalui tulisan, tapi mungkin akan ada anak yang menjawab menggunakan voice note, atau lewat lukisan. Siswa diberi kebebasan dalam memilih gaya belajar, tapi mereka harus bisa bertanggungjawab dan menjelaskan kenapa memilih gaya belajar tersebut,” jelasnya.
Profil Pelajar Pancasila
Dalam Kurikulum Merdeka, lanjut Erwin, terdapat enam elemen Profil Pelajar Pancasila, yakni beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia; berkebhinekaan global; gotong royong; mandiri; bernalar kritis; dan kreatif. Dimensi ending-nya adalah menciptakan murid yang mandiri, bernalar kritis dan kreatif.
Dia menjelaskan, implementasi enam elemen Profil Pelajar Pancasila ini diterapkan dalam bentuk project pembelajaran lintas disiplin ilmu untuk mengamati dan memikirkan solusi terhadap permasalahan di lingkungkan sekitar. Secara umum ketentuan total waktu project adalah sekitar 20-30% beban peserta didik per tahun. Dimana untuk jenjang kelas VII dan VIII alokasi jam project per tahun adalah 360 jam pelajaran, sedangkan untuk kelas IX adalah 320 jam pelajaran.
“Harus ada dua project dalam satu semester, lintas mata pelajaran, minimal tiga mata pelajaran. Dengan begitu tatap muka di kelas dikurangi, siswa tidak lagi hanya dapat teori saja, tetapi juga praktik di lingkungan sekitar,” tuturnya.
Asesmen Formatif
Menurut Erwin, pada Kurikulum Merdeka juga tidak akan ada lagi penilaian yang diukur dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) berupa nilai kuantitatif. Diganti asesmen formatif, yaitu pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengetahui kebutuhan belajar, perkembangan dan pencapaian hasil belajar siswa.
“Kita tidak bisa memaksa anak untuk menguasai apa yang mereka tidak sukai, Kurikulum Merdeka betul-betul memperhatikan hal yang demikian. Nanti sudah tersedia aplikasinya untuk asesmen individu sesuai potensi dan kemampuan siswa per individu,” ujarnya.
Fase-Fase Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka menekankan seorang pendidik untuk benar-benar memperhatikan Capaian Pembelajaran siswa, bukan hanya sekadar mengejar penuntasan materi seperti yang selama ini terjadi. Untuk itu, Capaian Pembelajaran dirancang berdasarkan Fase-Fase, yaitu :
– Fase Fondasi yang dicapai di akhir PAUD;
– Fase A umumnya untuk kelas I sampai II SD/sederajat;
– Fase B umumnya untuk kelas III sampai IV SD/sederajat;
– Fase C umumnya untuk kelas V sampai VI SD/sederajat;
– Fase D umumnya untuk kelas VII sampai IX SMP/sederajat; Fase E untuk kelas X SMA/sederajat;
– Fase F untuk kelas XI sampai XII SMA/sederajat.
Contoh penerapan Fase, jika berdasarkan asesmen kelas terdapat siswa kelas V SD yang belum siap mempelajari materi pelajaran Fase C, maka siswa tersebut mengulang pelajaran di Fase B yang belum dikuasai. Melalui pembelajaran terdiferensiasi sesuai tahap capaian peserta didik ini tidak akan ada lagi istilah naik kelas atau tidak naik kelas.
“Jadi tidak akan ada lagi anak yang belum menguasai pelajaran, tapi dipaksakan dapat nilai KKM, anaknya sebenarnya tidak mampu tapi dipaksakan naik kelas, nanti tidak akan ada lagi. Anak bisa belajar sesuai Fase hingga dia benar-benar menguasai pelajaran di Fase itu,” urai Erwin.
Dengan menggunakan Fase, suatu target capaian kompetensi dicapai tidak harus dalam satu tahun, tetapi beberapa tahun, kecuali untuk Fase E dan Fase F yaitu untuk kelas X, XI, dan XII SMA. Pada Fase F atau mulai kelas X, siswa akan menentukan mata pelajaran pilihan sesuai minat dan bakatnya.
SMP Al Kautsar Terapkan Kurikulum Merdeka
Sementara, Kepala SMA Al Kautsar, Rudiyanto mengatakan, kegiatan IHT ini bertujuan memberikan wawasan tentang intisari dari 8 modul Merdeka Belajar, terutama tentang 6 Profil Pelajar Pancasila termasuk implementasinya berupa project kegiatan.
“Jadi guru nanti langsung mempraktekkan dalam bentuk kerja kelompok, kemudian bagaimana sih mendesain pembelajaran dan project Pelajar Pancasila itu, supaya nanti guru-guru sudah bisa langsung mempraktekkan pembelajaran sesuai kurikulum merdeka,” ujar Rudiyanto.
Menurut Rudiyanto, SMP Al Kautsar sudah berkomitmen untuk menerapkan Kurikulum Merdeka Jalur Mandiri dengan mengambil pilihan Mandiri Berubah mulai tahun ajaran 2022/2023. IHT ini sangat penting, sebab pada Mandiri Berubah, semua materi ajar dan buku pelajaran berubah sesuai Kurikulum Merdeka.
Rudiyanto menegaskan, pilihan SMP Al Kautsar menerapkan Kurikulum Merdeka karena Al Kautsar sekolah yang besar dan dipercaya masyarakat harus memberikan layanan terbaik dengan mengikuti perubahan zaman.
“Perubahan itu kan abadi, perubahan itu mutlak, kalau kita tidak mau berubah maka kita akan tertinggal oleh perubahan zaman,” tuturnya.
Kegiatan dibuka secara resmi oleh Sekretaris Yayasan Al Kautsar, Mariana mewakili Ketua Yayasan Al Kautsar yang berhalangan hadir. Dalam sambutannya, Mariana memotivasi para guru untuk bersemangat menghadapi perubahan kurikulum ini.
Menurut dia, Al Kautsar yang berdiri sejak 1992 sudah terbukti mampu menghadapi semua perubahan kurikulum mulai dari Kurikulum 1994, Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006), dan Kurikulum 2013 (K-13).
“Apapun perubahan kurikulum kita bisa melaluinya bersama-sama untuk kemajuan Al Kautsar, kepala sekolah dan yayasan mensupport semua, kita akan susun anggaran, apapun perubahan kurikulum sekolah, kita akan dukung,” kata Mariana.
Sebagai bentuk kesiapan Al Kautsar menerapkan Kurikulum Merdeka pada tahun ajaran baru 18 Juli 2022 nanti, guru-guru PAI mulai jenjang TK, SD, SMP dan SMA juga telah menyusun Buku Adab dan PAI yang menjadi ciri khas pendidikan di Al Kautsar. (RINDA/R-1)
Recent Comments