PORTALLNEWS.ID (Bandar Lampung) – Dosen Teknologi Hasil Pertanian (THP) , Fakultas Pertanian Unila, Dr. Dewi Sartika, S.T.P., M.Si., bersama tim melakukan inovasi membuat gel hand sanitizer daun waru yang rendah alkohol dan memiliki antimikroba alami. Rekannya yang ikut dalam penelitian ini adalah Ir.Susilawati, M.Si., dan satu mahasiswa Hendriawan Wibisono.
Menurut Dewi, di era modern saat ini, masyarakat menyukai produk yang serba instan, siap pakai. Walau mencuci tangan pakai sabun di air mengalir merupakan cara efektif mencegah penularan virus dan bakteri, tetapi banyak masyarakat memilih menggunakan pembersih tangan antiseptik atau hand sanitizer karena praktis.
Namun sayangnya, ujar Dewi, produk hand sanitizer yang dijual di pasaran berbahan dasar alkohol 60-95% yang dapat memicu iritasi, kekeringan kulit hingga gangguan pernafasan pada manusia.
Untuk itu, Dewi bersama rekannya tertarik melakukan penelitian inovasi membuat gel hand sanitizer menggunakan ekstrak daun waru. Alasan Dewi memilih daun waru karena berbagai penelitian menunjukkan bahwa daun waru mengandung komponen kimia saponin, flovanoid, dan lima senyawa fenol. Senyawa-senyawa ini merupakan senyawa antimikroba yang dapat menghambat atau mematikan sel mikroba. Hasil penelitian menyatakan ekstrak daun waru efektif menghambat pertumbuhan bakteri Bacillus subtilis dan Eschericia coli pada konsentrasi 5%-20%.
“Alasan lainnya karena daun waru banyak di Lampung, tetapi pemanfaatnnya belum maksimal. Dengan pembuatan hand sanitizer daun waru ini, saya berharap tanaman waru dapat memiliki nilai dan manfaat lebih,” ujar Dewi, diwawancara di ruang kerjanya, di Jurusan THP Unila Selasa (7/6/2022).
Dia memaparkan, ada enam perlakuan yang diujikan pada pembuatan gel hand sanitizer, yakni konsentrasi ekstraks daun waru 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25% (b/v) dalam 100 ml akuades. Cara membuat gel hand sanitizer diawali dengan mengembangkan bahan kimia pengental CMC-Na sebanyak 2,5 gram. Caranya, CMC-Na dimasukkan ke dalam beaker glass, lalu ditambahkan akuades panas sedikit demi sedikit sambil terus diaduk hingga gel terbentuk secara merata. Setelah itu ditambahkan gliserin 1 ml, alkohol (70%) 20 ml, ekstrak jeruk nipis 25 ml, dan ekstrak daun waru dengan masing-masing konsentrasi 0% (W0), 5% (W1), 10% (W2), 15% (W3), 20% (W4), dan 25% (W5).
“Selanjutnya, dilakukan uji kualitas hand sanitizer diantaranya daya hambat terhadap Staphylococcus aureus, pH, iritasi kulit, homogenitas gel, dan daya sebar,” tutur Dewi Sartika yang telah melakukan penelitian antimikroba pada berbagai jenis tumbuhan sejak 2014.
Daya Hambat Bakteri Kuat

Dia menjelaskan, untuk uji daya hambat bakteri Staphylococcus aureus, dilakukan dengan metode difusi kertas cakram. Tahap awal dilakukan pembiakan bakteri Staphylococcus aureus menggunakan media nutrient agar. Setelah itu, diambil suspensi Staphylococcus aureus sebanyak 1 ml, diinokulasikan pada permukaan media agar, selanjutnya kertas cakram yang telah direndam hand sanitizer diletakkan pada permukaan media selama 30 menit.
Menurut Dewi, dari hasil Uji Beda Nyata Terkecil (uji BNT), skor rata-rata zona hambat tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan W5 yaitu 16,18 mm, dan skor terendah pada perlakukan W0 7,07 mm.
“Zona hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus oleh ekstrak daun waru ini menunjukkan aktivitas penghambatan yang tergolong kuat,” kata Dewi.
Sementara, pada hasil uji pH menggunakan pH meter ditemukan, semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun waru, pH yang dihasilkan semakin mendekati netral. Skor pH pada enam perlakuan tersebut adalah W0 (pH 5,22), W1 (pH 5,40), W2 (pH 5,50), W3 (pH 5,80), W4 (pH 5,90), dan W5 (pH 6,10).
Untuk uji iritasi, kata Dewi, dilakukan pada 10 panelis laki-laki dan perempuan berusia 20-25 tahun. Gel hand sanitizer digunakan pada telapak tangan dengan pengulangan sebanyak empat kali dan didiamkan selama 10 menit. Kemudian panelis mengamati apakah muncul ruam merah, gatal-gatal, dan bengkak pada kulit.
“Hasil uji kepekaan kulit hand sanitizer daun waru pada panelis tidak ada yang menunjukkan terjadinya ruam dan iritasi, disimpulkan bahwa hand sanitizer daun waru ini aman digunakan,” ujarnya.
Dewi menjelaskan, secara keseluruhan, hasil terbaik ditunjukkan oleh penggunaan konsentrasi ekstrak daun waru 25% (W5) yang dicampur larutan asam ekstrak jeruk nipis. Selain memiliki daya hambat tertinggi terhadap bakteri Staphylococcus aureus sebesar 16,18 mm, juga memiliki pH mendekati netral 6,1, lalu tidak menimbulkan iritasi pada kulit, gel yang terbentuk homogen, dan memiliki daya sebar yang baik sebesar 6,4 cm. (R-1)
Recent Comments