PORTALLNEWS.ID (Bandar Lampung) – Ketua Tim Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Universitas Lampung (Unila), Opik Taufik Purwadi memaparkan berbagai teknologi yang bisa digunakan dalam mengatasi masalah sampah di TPA Bakung Bandar Lampung.
Menurut Opik, sebenarnya tim Unila telah membuat masterplan pengelolaan sampah TPA Bakung yang mengacu ke persyaratan Kementrian PUPR, mulai dari syarat pintu gerbang, jalan akses, pengolahan limbah, IPLT, pagar, dan item lainnya.
“Masterplan ini sudah kami sampaikan ke walikota periode sebelumnya 2019 lalu. Saat ini kami membuat tim kecil untuk scale up teknologi dan mesin pengolahan sampah sesuai kebutuhan Bakung,” ujar Opik diwawancara di sela kegiatan perpanjangan MoU antara Pemerintah Kota Bandar Lampung dengan Unila, Senin (7/2/2022), di ruang sidang lantai 2 Rektorat Unila.
Penandatanganan MoU dilakukan oleh Walikota Bandar Lampung Eva Dwiana dan Rektor Unila Prof. Karomani. Salah satu point kerjasama yang diminta oleh Walikota Eva Dwiana adalah mengatasi masalah sampah di TPA Bakung.
Opik menjelaskan, untuk pengolahan sampah Bakung dapat dilakukan dengan mengkombinasikan teknologi komposter, torefaksi, pirolisis, serta menggandeng bank sampah-bank sampah yang sudah ada untuk mengedukasi masyarakat menjadikan sampah bernilai ekonomis.
“Untuk aplikasinya nanti harus dikombinasikan antara komposter, torefaksi, pirolisis, bank sampah, itu semuanya bisa, jadi nanti ketemunya zero waste management,” kata Opik.
Lebih lanjut, Opik memaparkan, pengolahan sampah organik dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu pengomposan, torefaksi serta teknologi magot dan ulat kandang. “Pengomposan ini sudah 2,5 tahun diterapkan di Unila dan berhasil,” ujarnya.
Sementara pada teknologi torefaksi, sampah kayu dan dedaunan akan dimasukkan ke reaktor torefaksi dengan temperatur 200-300 derajat celcius hingga menjadi arang, lalu dihaluskan, dipadatkan, dan dicetak menjadi briket. Briket ini dapat dimanfaatkan sebagai pengganti batu bara menjadi pembangkit listrik tenaga sampah.
Portal LNews TV
Sedangkan untuk sampah anorganik, kata Opik dapat diolah menggunakan reaktor pirolisis yang dapat melelehkan sampah plastik sehingga menjadi biofuel.
“Bagi sampah plastik yang masih bernilai jual akan dijual tanpa diolah. Rencananya kita akan bekerjasama dengan Bank Sampah Emak karena Bank Sampah Emak sudah menyebar sekitar 2.500 nasabah. Itu sekarang lagi dirintis bagaimana bank sampah-bank sampah yang sudah ada itu kita gandeng untuk bekerjasama menyelesaikan masalah sampah di TPA Bakung,” urainya.
Opik mengatakan, dia bersama tim juga telah melakukan studi banding ke pengelolaan sampah di Madiun untuk mempelajari pola pengelolaah sampah disana. “Jadi nanti bisa pola sanitary landfill, atau bisa jugaopen dumping tapi yang terkoordinir, itu nanti banyak teori-teorinya,” tandas Opik.
berdasarkan data dari media republika.co.id pada 15 Oktober 2019, sampah yang diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bakung, Telukbetung Barat, Bandar Lampung mencapai 1.000 ton per hari. Jumlah ini sangat besar bila dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya. (R-1)
Recent Comments