PORTALLNEWS.ID (Lampung Selatan) – Institut Teknologi Sumatera (ITERA) meluncuran Program Wakaf Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) untuk sumber pendanaan beasiswa, penelitian dan inovasi teknologi para dosen ITERA.
Kegiatan peluncuran Wakaf Iptek ITERA dilaksanakan di aula Gedung Perkuliahan I ITERA, Selasa (14/3/2023). Wakaf Iptek ITERA bekerja sama dengan Bank Syariah Indonesia (BSI) Maslahat dan BSI Lampung.
Penandatanganan MoU antara ITERA dengan BSI Maslahat dan BSI Area Lampung dilakukan oleh Rektor ITERA Prof. I Nyoman Pugeg Aryantha dengan Direktur Wakaf dan Digital Platform BSI Maslahat Rizki Oktaviansyah, serta Area Manager BSI Lampung Dede Irawan. Acara dihadiri oleh Sekda Provinsi Lampung Hamartoni Ahadis, civitas akademika ITERA, jajaran BSI, dan jajaran pemerintah provinsi.
Dalam sambutannya, Rektor ITERA, Prof. I Nyoman Sugeg P Aryantha mengatakan, kondisi ketahanan pangan Indonesia cukup rentan karena rendahnya penguasaan Iptek dan inovasi di bidang pengolahan pangan dan sandang. Hampir semua produk olahan makanan, minuman, pakaian, hingga otomotif dan elektronik menggunakan komponen dan teknologi impor. Indonesia telah berubah menjadi net importer, dimana Indonesia lebih banyak membeli daripada menjual komoditas ke suatu negara.
I Nyoman memaparkan, net import kendaraan sekitar Rp42 Triliun, net import barang elektronik Rp125 Triliun, net import makanan olahan Rp165 Triliun, net import pakaian Rp60 Triliun, dan net import olahan minuman Rp17 Triliun.
“Ini sekilas bagaimana kehidupan kita berbangsa dan bernegara sangat riskan, karena ini kebutuhan pokok. Makanan, pakaian, minuman itu pokok. Jadi bisa kita bayangkan kalau kita diboikot, kita akan mengalami krisis pangan,” tutur I Nyoman.
Apa yang menyebabkan semua itu? lanjutnya, karena Indonesia belum mampu secara teknologi. Padahal, semua produk olahan makanan, minuman, pakaian dihasilkan dari riset dan pengembangan inovasi di bidang teknologi pangan.
Dilihat dari hak paten pun, Indonesia masih jauh ketinggalan. Ada sekitar 12.684 paten yang didaftarkan di Indonesia oleh peneliti luar negeri, sedangkan dari bangsa sendiri hanya 5.400 paten.
“Artinya, kalau sekarang di depan bapak/ibu ada botol mineral, itu ada (komponen) botolnya, airnya, logonya, teknologi pengolahan airnya, tutup botolnya, dan lainnya. Kalau kita hitung, 80% intangibel, yang kita nikmati hanya airnya kurang dari 10%. Selebihnya, lari ke paten ke luar negeri. Teknologi pengolahan air ada patennya, kemana kita bayar? ya paten asing semua,” urai I Nyoman.
Kondisi ini lah yang menjadi motivasi kuat dari kampus ITERA untuk melakukan kerja sama Wakaf Iptek dengan BSI. Tujuannya, agar ITERA memiliki pendanaan mandiri dalam pengembangan dan inovasi teknologi.
“Kalau dana dikelola oleh kampus yang amanah untuk menghasilkan dan mengembangkan teknologi, insyaallah kejayaan yang ditargetkan untuk generasi emas bisa tercapai,” ujar I Nyoman.
Selain untuk mengembangkan Iptek, nilai manfaat dana Wakaf Iptek ITERA ini juga digunakan untuk beasiswa bagi mahasiswa yang brilian, tetapi tidak mampu secara ekonomi. Dengan harapan, mahasiswa brilian ini nantinya bisa menghasilkan teknologi inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat banyak.
“Wakaf ini bukan hanya untuk sesaat, tetapi untuk selamanya. Semoga ini menjadi modal kemandirian ITERA yang berkelanjutan sepanjang masa,” kata I Nyoman.
Dia optimis, program Wakaf Iptek ini dapat berjalan baik di Lampung mengingat ghiroh masyarakat Lampung sangat tinggi. Namun, I Nyoman mengaku butuh sosialisasi yang intens kepada masyarakat tentang wakaf Iptek yang setara nilai manfaatnya dengan wakaf makam, madrasah atau masjid.
“Untuk menghasilkan kehidupan yang maju, modern, dan sesuai perkembangan zaman, kita membutuhkan teknologi dan inovasi, sehingga nilai pahalanya pun tidak kalah dengan wakaf makam, masjid atau madrasah, karena ini juga mengantarkan kebaikan dunia dan akhirat,” tutur I Nyoman.
Wakaf Uang Bisa Rp10 Ribu
Sementara, Direktur Wakaf dan Digital Platform BSI Maslahat Rizki Oktaviansyah mengatakan, kerja sama wakaf uang untuk Iptek ini merupakan terobosan yang bagus dari ITERA dan pertama di Lampung.
“Wakaf dalam bentuk uang ini sangat mudah, masyarakat tidak perlu berpikir susah, karena Rp10.000 saja sudah bisa dinamakan wakaf,” jelas Rizki.
Menurut dia, penggunakan nilai manfaat dana wakaf untuk kegiatan riset merupakan suatu hal yang positif, memiliki manfaat lebih besar, bersifat sosial, dan mengembangkan kualitas SDM.
“Kami ada kemitraan bertiga, yaitu ITERA, BSI, dan BSI Maslahat. Kami akan syiarkan di semua ekosistem nasabah-nasabah BSI dan masyarakat umum. Untuk BSI saja ada sekitar 20 juta nasabah potensinya, tinggal mekanisme teknisnya,” kata Rizki.
Area Manager BSI Lampung Dede Irawan Hamzah menambah, hal yang membedakan perbankan syariah dengan konvensional, salah satunya adalah bank syariah bisa bekerja sama dalam mengelola dana wakaf.
“Jadi nilai pokok(wakaf)nya tetap. Untuk di Pemprov Lampung ada 23 cabang yang di bawah koordinasi kami. Nanti kami akan pasang acrylic wakaf di seluruh cabang kami,” ujar Dede.
Sekilas dijelaskan, dana wakaf akan dikelola oleh nadzir dan akan dikembangkan melalui sukuk atau sesuatu yang menguntungkan. Selanjutnya bagi hasil nilai manfaat akan disalurkan kepada ITERA untuk beasiswa dan pengembangan Iptek.
Selain nasabah BSI, wakaf Iptek ITERA juga menyasar civitas akademika dan masyarakat umum. Pembayaran wakaf uang dapat dilakukan melalui QRIS serta BSI mobile.
Sekda Provinsi Lampung, Hamartoni Ahadis memberikan apresiasi atas peluncuran program wakaf Iptek ITERA.
“Semoga menjadi jalan untuk pengembangan hilirisasi riset yang dapat membantu pembangunan di Provinsi Lampung,” ujarnya. (RINDA/R-1)
Recent Comments