PORTALLNEWS.ID (Bandar Lampung) –
Dang pungah ulah dacok (Jangan sombong karena bisa)
Dang hanggum ulah kaya (Jangan bangga jadi orang kaya)
Lawok gawoh mingan langok (Laut bisa saja kering)
Disan kham dapok bukaca (Di sana kita bisa bercermin)
Mak guna lamon lagak (Tiada guna banyak tingkah)
Dang lupa asal mula (Jangan lupa asal usul)
Gegoh kacang lupa bawak (Seperti kacang lupa kulitnya)
Pepatah ulun tuha (Pepatah para tetua)
Syair berbahasa Lampung ini dibacakan Pendongeng Lampung, Jarwo Songha saat membuka acara dongeng di Aula SDIT Muslimin Bukit Kemuning, Lampung Utara, Jumat, 2 November 2024.
Ratusan siswa didampingi orang tua dan dewan guru tampak antusias menyimak “Pisaan” berisi nasehat tersebut. Jarwo mengisi kegiatan mendongeng dalam rangka menyambut Hari Dongeng Nasional yang jatuh pada 28 November mendatang.
Inilah ciri khas Jarwo Songha. Pendongeng Lampung dengan nama asli Tri Sujarwo ini selalu mengawali kegiatan mendongeng dengan membacakan Wawancan atau Pisaan (pantun, puisi, atau syair dalam bahasa Lampung). Tujuannya, untuk mengenalkan bahasa dan sastra lisan Lampung kepada generasi muda sejak dini.
Pria kelahiran Pringsewu ini mengaku mulai mengenal dunia dongeng sejak di bangku kuliah. Ketika itu, dia bergabung dengan Economic English Club (EEC) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung (Unila). Dari sanalah, ia mulai mengenal story telling (mendongeng menggunakan bahasa Inggris), setelah itu, dia pun kerap memenangkan lomba-lomba mendongeng.
Sejak mahasiswa, Jarwo juga mencintai dunia pendidikan dan literasi. Dia pernah menjadi jurnalis di Lampung Post, freelancer Majalah Bobo, penyiar di @radio 101.1 FM, dan menjadi pengajar muda Indonesia Mengajar di Kepulauan Yapen, Papua.
“Saya juga pernah terlibat dalam projek pendampingan pendidikan untuk anak-anak di Lereng Merapi dan Merbabu, hingga pendampingan peningkatan literasi di Flores, Nusa Tenggara Timur,” cerita Jarwo, Jumat, 8 November 2024.
Setelah lulus kuliah, Jarwo juga menggeluti pekerjaan bidang pendidikan dan literasi, seperti menjadi guru SD Sekolah Murid Merdeka, lalu menjadi Project Coordinator Taman Bacaan Pelangi di Flores–NTT, serta Project Coordinator Taman Baca Inovator di
Jakarta, Kalimantan Barat dan Sumatera
Selatan.
“Melalui semua pekerjaan itu, saya mendapatkan pengalaman yang luarbiasa, terutama tentang kondisi pendidikan anak-anak di daerah pelosok dan terpencil yang masih minim akses buku-buku dan guru berkualitas,” ujarnya.
Jarwo tidak pernah lari dari passion-nya, yaitu dunia pendidikan anak-anak. Jika dulu dia menjadi guru, kini Jarwo menjadi pendongeng. Dia menyebarkan nilai-nilai kebaikan melalui cara yang menyenangkan dan disukai anak-anak.
“Sekarang lebih fokus pada dunia mendongeng karena ternyata anak-anak sangat menyukai saat saya mendongeng,” tuturnya.
Menurut Jarwo, mendongeng merupakan salah satu metode pendidikan kreatif yang efektif menanamkan nilai-nilai baik kepada anak. Melalui dongeng, para guru dan orang tua bisa menanam nilai kejujuran, disiplin, bekerja keras, suka menolong, tidak sombong, dan karakter baik lainnya.
“Melalui dongeng, anak-anak menerima nilai-nilai tersebut dengan senang hati, tidak merasa dipaksa atau didikte. Dengan begitu, nilai baik tersebut akan mengendap lama dalam diri anak hingga mereka dewasa nanti,” kata Jarwo.
Kepiawaian Jarwo bersama boneka tangannya, Bruno, memeriahkan suasana mendongeng menjadikannya kerap diundang mengisi berbagai acara mendongeng. Dia pernah mengisi Safari Mendongeng di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, lalu mendongeng pada program Indonesia Mendongeng 2023 yang digelar serentak di 17 provinsi, serta mendongeng di Program Cerah Ceria Puspeka Kemendikbud–KaDo Indonesia 2024.
“Alhmdulillah untuk pengalaman mendongeng sudah banyak sekali, tidak hanya mengisi langsung ke sekolah-sekolah, tetapi juga sering diminta mendongeng dalam kegiatan-kegiatan komunitas, Rumah Zakat, Dompet Dhuafa, Bunda PAUD, ataupun dari swasta seperti ASTRA dan Erlangga,” tutur Jarwo.
Bahkan, saat ini, Jarwo juga dipercaya menjadi pendongeng pada Program Anak Ceria TVRI Lampung. Tidak lupa, Jarwo selalu mengenalkan sastra Lampung dalam setiap pementasan dongengnya melalui pantun ataupun puisi bahasa Lampung.
“Kham hakhus khesok-khesok cawa lappung kenyin bahasa Lappung pagun lestaghi (Kita harus sering-sering berbicara Bahasa Lampung supaya Bahasa Lampung tetap lestari),” tutur peraih juara III Lomba Baca Puisi Berbahasa Lampung ini.
Jarwo berharap, ke depan, semakin banyak para pemuda Lampung yang peduli dengan Bahasa dan Sastra Lisan Lampung. Melestarikan budaya dan bahasa Lampung sesuai bidang masing-masing.
“Kik mak kham sapa lagi, kik mak ganta kapan lagi (Kalau bukan kita siapa lagi, kalau tidak sekarang kapan lagi)?,” pungkasnya. (RIN/R-1)
Recent Comments