PORTALLNEWS.ID (Bandar Lampung) – M. Dhaifin Bariq Al Faiz menjadi mahasiswa termuda Institut Teknologi Sumatera (Itera) sebagai mahasiswa baru tahun ajaran 2024/2025. Mahasiswa asal Palembang, Sumatera Selatan ini lahir pada 1 Februari 2008, dan pada hari ini masih berusia 16 tahun 6 bulan.
Diwawancara usai kegiatan Pengukuhan Mahasiswa Baru Itera, Senin, 12 Agustus 2024, di Gedung Kuliah Umum 1 kampus setempat, M Dhaifin mengaku sudah masuk sekolah dasar sebelum usianya genap 6 tahun.
Walau masuk sekolah di usia yang lebih muda, Dhaifin tidak kesulitan mengikuti pembelajaran, bahkan dia mampu meraih prestasi di kelas dan melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP tanpa kendala.
“Setelah lulus SMP, ngambil kelas akselerasi di MAN 3 Palembang,” katanya. Melalui kelas akselerasi ini, Dhaifin hanya membutuhkan waktu dua tahun saja untuk lulus dari jenjang sekolah menengah atas.
Lulus dengan waktu yang lebih cepat dan nilai tinggi, yakni rata-rata seluruh mata pelajaran diatas 9, Dhaifin masuk menjadi salah satu mahasiswa eligible Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP). Anak tunggal dari pasangan Herlison dan Yuniarti Kordiah ini mencoba peruntungan mengambil jurusan Teknik Pertambangan Institut Teknologi Bandung (ITB) lewat jalur SNBP. Namun, dia gagal menembus jurusan favorit di kampus incaran para pelajar se-Indonesia itu.
Menurut Dhaifin dia memilih jurusan Teknik Pertambangan karena bercita-cita untuk bekerja di pertambangan.
“Bekerja di pertambangan itu keren aja ngelihatnya, terus gajinya besar,” kata Dhaifin sambil tertawa. “Dan, orangtua juga ngedukung banget,” tambahnya.
Tidak putus asa mengejar jurusan impiannya, Dhaifin mencoba menembus jurusan Teknik Pertambangan Itera lewat jalur Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT). Dengan nilai UTBK diatas 650, Dhaifin harus berlapang dada menerima pengumuman yang menyatakan dia tidak lulus di Teknik Pertambangan Itera.
“Awalnya di SNBT pengen nyoba lagi nembus Teknik Pertambangan di kampus Jawa, tapi disaranin orang tua ngambil di Itera aja karena Itera tekniknya juga bagus, makanya nyoba ke Teknik Pertambangan Itera, tapi nggak nembus juga,” tutur Dhaifin.
Jurusan Teknik Pertambangan Itera memang jurusan favorit, masuk dua besar keketatan tertinggi di Itera setelah Farmasi. Jurusan Farmasi Itera memiliki keketatan 1:13, sedangkan Teknik Pertambangan memiliki keketatan 1:11, artinya, sebelas peserta berebut untuk mendapatkan satu kuota di jurusan Teknik Pertambangan Itera.
Untuk ketiga kalinya, Dhaifin mencoba meraih impiannya menembus jurusan Teknik Pertambangan. Kali ini dia berjuang di jalur mandiri Itera SMM PTN-Barat, tetapi lagi-lagi gagal menembus jurusan favorit tersebut.
“Akhirnya saya ikut jalur mandiri Itera yang SMT (Seleksi Mandiri Terpadu) Nonprestasi, mengambil jurusan Teknik Geologi biar agak-agak dekat sama pertambangan,” kata Dhaifin.
Dia dinyatakan lolos jurusan Tenik Geologi Itera dan kini telah menjadi mahasiswa baru Itera.
Dengan menjadi mahasiswa Itera di Provinsi Lampung, maka Dhaifin harus tinggal jauh dari orang tuanya yang menetap di Palembang. Dia mencari kosan di daerah yang dekat dengan lokasi kampus Itera.
“Pesan orang tua, jangan berulah, kalau bisa diusahain lulus cumlaude. Insyaallah saya berusaha memenuhi harapan orang tua,” pungkas Dhaifin. (RINDA/R-1)
Recent Comments