PORTALLNEWS.ID (Pesawaran) – Rambut Suhadi dipotong cepak, mirip tentara. Rapi dan bersih. Tubuh coklatnya dibalut kemeja batik lengan pendek yang dipadu dengan celana hitam. Sambil memegang tali tas ransel hitam yang disandang di punggungnya, Suhadi berjalan cepat memasuki kampus STKIP Al Islam Tunas Bangsa (STKIP Al ITB) Bandar Lampung untuk mengikuti perkuliahan Bahasa Indonesia, Senin siang (25/9/2023).
Putra kelahiran Pulau Tegal, Desa Gebang, Teluk Pandan, Pesawaran ini terlihat sumringah. Impiannya untuk kuliah terwujud. Selama puluhan tahun Pulau Tegal didiami oleh penduduk dan telah melahirkan beberapa generasi, Suhadi merupakan anak Pulau Tegal pertama yang mendapat kesempatan mengenyam bangku kuliah. Suhadi adalah salah satu lulusan Paket C PKBM Pesona Pulau Tegal tahun ajaran 2022/2023.
“Sudah mulai kuliah dua minggu ini. Alhamdulillah senang banget bisa kuliah, udah kenal beberapa teman, baik-baik semua,” kata Suhadi diwawancara sepulang kuliah.
Dia mengambil Prodi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi (Penjaskesrek) sesuai passion-nya. Perjuangan Suhadi untuk mencapai titik ini tidak mudah. Kehadiran para guru Sukarelawan Peduli Pendidikan Pulau Tegal (SP3T) pada 2016 menjadi “suluh” bagi anak-anak Pulau Tegal, termasuk Suhadi yang ketika itu berusia 15 tahun. Di usianya itu, Suhadi dan beberapa anak lain dalam kondisi buta huruf, tidak bisa membaca dan menulis.
Tidak ada kata terlambat bagi Suhadi. Walau awalnya malu dan risih dengan keadaannya, lama-lama Suhadi terbiasa dan nyaman belajar bersama para guru relawan. SP3T yang awalnya hanya berupa komunitas guru relawan akhirnya berubah menjadi PKBM Pesona Pulau Tegal pada 2017. Kehadiran pendidikan nonformal di pulau ini, menjadikan layananan pendidikan bagi anak-anak di Pulau Tegal terstruktur dan berjenjang.
Selama mengikuti pembelajaran di PKBM Pesona Pulau Tegal, Suhadi menunjukkan bakat yang cukup menonjol di bidang olahraga. Beberapa piala dan piagam kejuaraan berhasil dia raih, seperti kejuaraan pelajar untuk lomba dayung, karate, dan lari 5 kilometer.
Rekam jejak prestasi bidang olahraga ini sempat dijadikan portofolio oleh Suhadi saat mencoba peruntungan di jalur Penerimaan Mahasiswa Perluasan Akses Pendidikan (PMPAP) Universitas Lampung (Unila). Namun, Suhadi belum berhasil bersaing dengan ribuan peserta yang juga mengincar jalur beasiswa kuliah gratis Unila tersebut.
Beruntung, Suhadi akhirnya diterima sebagai mahasiswa baru pada gelombang terakhir di STKIP Al Islam Tunas Bangsa Bandar Lampung. Berkat dukungan Ketua Yayasan Pesona Siygh Hati yang menaungi PKBM Pesona Pulau Tegal, Ibu Uniroh, Suhadi juga disetujui pihak kampus untuk mendapatkan pembiayaan dari KIP-Kuliah.
“Selama dua minggu ini sudah mengikuti beberapa mata kuliah, ada Agama, Bahasa Inggris, sama Pancasila juga. Untuk pelajarannya lumayan, ada yang susah, ada yang nggak,” kata Suhadi ketika ditanya tentang perkuliahan yang sudah dia ikuti.
Dia mengaku tidak terlalu kesulitan mengikuti mata kuliah semester pertama ini karena masih berupa pelajaran umum. Namun, selain mengikuti materi kuliah, mahasiswa sudah mulai dibebani dengan berbagai tugas kuliah.
“Sebenarnya ini mulai butuh laptop buat ngerjain tugas-tugas kuliah, tapi nanti nabung dulu buat beli laptopnya,” kata Suhadi.
Berbagai tantangan ini, tidak memupus semangat Suhadi. Untuk menghemat biaya, dia indekos di bedeng yang dekat dengan lokasi kampus, sehingga bisa berjalan kaki ke kampus. Di akhir pekan, Suhadi pulang ke Pulau Tegal membantu orang tuanya bekerja sebagai pembawa kapal bagi para wisatawan atau pemancing di perairan sekitar pulau, seperti rutinitasnya selama ini.
“Setiap minggu pulang ke pulau bantu orang tua kerja, nanti uangnya bisa buat makan seminggu di sini, dihemat makannya,” tutur Suhadi.
Pioneer dan Teladan Bagi Anak Pulau

Ketua Yayasan Pesona Siygh Hati, Uniroh menaruh harapan besar kepada Suhadi sebagai pioneer dan contoh bagi anak-anak pulau bahwa lulusan PKBM juga bisa kuliah. Menurut Uniroh, berpuluh tahun hidup dengan minimnya akses pendidikan, menyebabkan kesadaran akan pendidikan para orangtua dan anak-anak pulau sangat rendah. Bekerja dan kawin di usia muda sudah menjadi tradisi di pulau ini.
“Untuk mengubah mindset anak-anak pulau, harus ada pioneer-nya, jadi saya menganggap Suhadi ini pioneer dan menjadi contoh bagi anak-anak pulau. Itulah sebabnya saya bekerja keras bagaimana Suhadi bisa kuliah dan sukses ke depannya, ” kata Uniroh.
“Saya berjibaku, awalnya saya daftarin ke Unila melalui PMPAP yang merupakan program kuliah gratis bagi mahasiswa miskin, sudah sampai sesi wawancara, tapi nggak diterima. Akhirnya saya cari informasi universitas swasta, sudah pada tutup. Alhamdulillah, Allah kasih petunjuk, saya ingat ada teman suami punya kampus dan punya jurusan Pendidikan Jasmani sesuai keinginan Suhadi, ternyata masih buka gelombang terakhir,” imbuhnya.
Menurut Uniroh, saat gagal masuk PMPAP, dia sempat menawarkan Suhadi untuk mengabdi di Pondok Pesantren di Tanjung Enim, Sumatera Selatan yang merupakan Binaan PT Bukit Asam (PTBA) Pelabuhan Tarahan. PTBA adalah salah satu donatur yang banyak mendukung pelaksanaan pendidikan di Pulau Tegal, mulai dari memberikan kapal bagi para guru, membangun solar panel bagi rumah belajar dan mushola Pulau Tegal, hingga memberi beasiswa bagi anak-anak Pulau Tegal yang ingin melanjutkan pendidikan ke SMP dan SMA/SMK di Tanjung Enim.
“Tetapi Suhadi tetap ingin kuliah. Dia bilang kalau nggak lulus tahun ini, tahun depan mau nyoba lagi. Ini adalah keuntungan seringnya mahasiswa melakukan kegiatan di pulau. Berpengaruh banget bagi Suhadi, diam-diam dia mengamati kegiatan mahasiswa dan ingin kuliah seperti mereka,” jelas Uniroh.
Selain menjadi motivasi bagi adik-adiknya di pulau, Uniroh juga ingin Suhadi menjadikan PKBM di Pulau Tegal sebagai tempat berlatih/praktik mengajar sehingga Suhadi memilik kontribusi bagi lingkungannya.
“Kami berharapnya ke depan, dia bisa menggantikan kami menjadi guru bagi anak-anak di Pulau Tegal. Kalau gurunya dari pulau, kan bisa lebih efektif juga mengajarnya,” tutur kepala SMP 25 Pesawaran ini. (RINDA/R-1)
Recent Comments