PORTALLNEWS.ID – Universitas Lampung (Unila) kembali mengukuhkan tujuh guru besar. Dengan penambahan ini, total guru besar Unila mencapai 73 orang.
Rektor Unila, Prof. Karomani mengatakan dengan penambahan guru besar Unila di awal 2021 ini, maka total guru besar Unila mencapai 73 orang.
“Ini baru pertamakali dalam sejarah Unila punya guru besar dengan jumlah lebih dari 70 orang,” ujar Prof. Karomani, Kamis (11/2/2021).
Juru Bicara Rektor Unila Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum., mengatakan penambahan guru besar merupakan prestasi luar biasa bagi Unila.
“Unila memang berupaya keras menambah deretan guru besarnya. Selain membentuk tim percepatan penambahan guru besar, Unila menyediakan dana penelitian professorship,” kata Kahfie.
Kahfie menjelaskan, penambahan jumlah guru besar merupakan salah satu indikator penting untuk dalam peningkatan peringkat kampus, baik di webometrics, akreditasi, dan klasterisasi.
“Maka itu Unila terus terpacu untuk menambah jumlah dosen yang memiliki jabatan akademik tertinggi itu,” tuturnya.
Kahfie mengharapan penambahan jumlah guru besar ini juga berdampak kepada kontribusi Unila terhadap pembangunan di Provinsi Lampung.
“Guru besar diarahkan melakukan penelitian yang menjawab permasalahan di Provinsi Lampung sesuai kepakarannya sehingga mereka mampu berkontribusi nyata bagi kemajuan Bumi Ruwa Jurai,” ujar alumnus Sastra Universitas Padjajaran ini.
Tujuh dosen yang meraih gelar guru besar tersebut adalah Dr. Mahrinasari M.S., S.E., M.Sc. ; Dr. Ir. Dwi Hapsoro, M.Sc. ; Dr. Toto Gunarto, S.E., M.Si. ; Dr. Drs. Sugiyanto, M.T. ; M. Badarudin, S.T., M.T., Ph.D. ; Dr. dr. Asep Sukohar, M.Kes. ; Dr. Dyah Wulan Sumekar R.W., S.K.M., M.Kes.
Berita lain : Unila Usulkan Herman HN dan Margaret Kartomi Dapat Gelar Doktor Honoris Causa
Percepatan Guru Besar
Sementara itu, Ketua Tim Percepatan Guru Besar Unila Prof. Mustofa Usman, Ph.D., menjelaskan, jumlah guru besar Unila hingga tahun 2020 masih berada di kisaran 60-an. Jumlah ini sangat sedikit jika dibandingkan dengan hampir 1.400 dosen aktif Unila.
Menurut Prof. Mustofa, kenaikan guru besar selama ini lebih bersifat alami dan sangat tergantung pada individu. Dengan pola (alami) ini, dirasa masih sangat sulit untuk mencapai jenjang guru besar.
“Namun dengan dibentuknya Tim Percepatan Guru Besar Unila, jumlah guru besar terus mengalami pertumbuhan signifikan,” kata Prof. Mustofa.
Dari awal dibentuk dan bekerja, lanjutnya, tim melakukan beberapa tahapan mulai dari pendataan
dosen dilihat dari usia, kepangkatan, publikasi di jurnal ilmiah internasional, dan mengejar kekurangan kum untuk meraih jenjang guru besar.
Menurut Prof. Mustofa, berdasarkan data-data yang masuk, tim membuat klasterisasi sehingga terbentuk empat klaster bagi sekitar 400 dosen bergelar doktor.
Klaster satu berjumlah 44 dosen, yaitu mereka yang sudah dekat atau hanya kurang sedikit kum untuk dapat diusulkan sebagai guru besar.
Selain membuat klasterisasi, tugas utama tim adalah memberi pendampingan kepada para dosen yang akan mencapai jabatan guru besar.
Kemudian memberikan penjelasan tentang sistem penilain PAK Dikti, bobot penilaian jurnal baik level nasional maupun internasional.
Selanjutnya memberikan bimbingan cara memilih jurnal yang baik, trik-trik dalam penulisan karya ilmiah, cara-cara penulisan untuk menghindari similarity yang tinggi dan plagiarism.
Tak berhenti di situ, tim mengadakan pelatihan cara analisis data statistik, memberikan pendampingan penulisan karya ilmiah berkualitas bagi mereka yang telah melalukan riset dan memiliki data.
“Berdasarkan data klasterisasi dosen bergelar doktor, diharapkan tahun ini dapat menghasilkan 40 orang guru besar,” ujar Prof. Mustofa.
Tingkatkan Biaya Riset
Untuk merealisasikan capaian target tersebut, lanjutnya, Unila harus meningkatkan pembiayaan riset sekaligus memberi prioritas para dosen yang sudah mendekati jenjang guru besar.
Tim juga terus melakukan pendampingan dan pelatihan yang dibutuhkan bagi para dosen atau program professorship untuk meningkatkan kemampuan mereka di bidang publikasi internasional.
Program professorship pada prinsipnya adalah upaya mendorong dosen-dosen yang berkualitas untuk cepat menuju ke jenjang guru besar. Dengan banyaknya guru besar mencirikan bahwa dosen-dosen Unila adalah orang-orang berkualitas di bidang akademik.
“Karena untuk mencapai jenjang guru besar adalah suatu proses panjang dan melelahkan,” kata Prof. Mustofa.
Ia pun menambahkan, dengan bertambahnya guru besar tentu akan berimplikasi pada peningkatan kualitas lulusan dan riset.
Untuk menghasilkan lulusan bermutu harus dimulai dari dosen-dosen berkualitas dan salah satu ciri dosen berkualitas adalah pencapaian jenjang akademik tertinggi.