Oleh: Sudjarwo, Guru Besar Universitas Malahayati Lampung
PORTALLNEWS.ID (Bandar Lampung) – Beberapa waktu lalu diminta menghadiri acara keluarga di salah satu kota di Sumatera Selatan, dan dihadapkan dengan pilihan, jika naik kendaraan roda empat bisa melalui jalan bebas mambatan dengan waktu tempuh sekitar enam jam perjalanan. Pilihan kedua menggunakan pesawat udara melalui Ibu Kota Provinsi Sumatera Selatan dengan juga lebih kurang memakan waktu enam sampai tujuh jam. Pilihan ketiga dan tidak menjadi prioritas selama ini adalah kereta api. Keuntungan pilihan ini adalah langsung sampai kota tujuan, tanpa moda antara lagi.
Ternyata alternatif terakhir dijadikan pilihan walaupun sudah lebih dari tiga puluh tahun tidak menggunakannya. Mulailah dicari informasi tentang kereta api yang menuju kota tujuan; ternyata saat ini hanya ada satu pilihan yaitu kelas ekonomi serasa premium berangkat pukul 08.30 pagi. Hasrat hati semakin penasaran seperti apa kereta itu yang dahulu dikenal kumuh, jorok, berisik dan label jelek lainnya.
Perburuan tiket dilakukan, ternyata sekarang harus menggunakan aplikasi, tidak seperti zaman lampau harus antri dan sering dimakan calo. Model aplikasi juga sudah cukup canggih, dan pembayaran sudah menggunakan e-banking. Untuk model ini satu jempol diacungkan kepada korporat ini, sehingga meminimalkan kebocoran atau korupsi. Jempol kedua diacungkan begitu melihat harga “Hanya tiga puluh dua ribu rupiah” untuk jarak tidak kurang dari 250 kilometer lebih; walaupun masih penasaran dengan pelayanan.
Begitu saatnya tiba antrian tidak ditemukan lagi karena sudah seperti pelayanan di bandara, semua menggunakan aplikasi sistem yang canggih, ruang tunggu nyaman berpendingin, ada sudut baca, suara musik embut terdengar mendayu, tidak ada pedagang asongan yang mangkal; semua serba bersih; begitu memasuki Gerbong rangkaian kereta kita dibuat kagum. Tidak ada lagi kesan kumuh, semua bersih, wangi, berpendingin yang sejuk; dan rata-rata penumpangnya bertampang kelas menengah dan berusia muda; tidak jarang ada anak-anak milenial yang sibuk dengan gaget ditelinganya.
Selama perjalanan tidak ada orang lalu lalang, semua sibuk dengan gagetnya, sesekali petugas restorasi yang rapi bersih, lewat dengan menawarkan pelayanan makanan jika diinginkan. Namun tetap saja ada kekurangan sebagai produk masal di negeri ini, yaitu jarak tempat duduk antara penumpang begitu dekat dan adu lutut; sehingga penumpang yang berukuran jumbo harus memesan tempat duduk ekstra, agar bisa menikmati perjalanan dengan nyaman. Tujuh jam perjalanan dengan berhenti disetiap stasiun kecil tidak lebih hanya tiga menit, menjadikan perjalanan itu sangat menyenangkan.
Pertanyaan tersisa dengan uang tigapuluh dua ribu, berapa pemerintah harus memberikan subsidi setiap penumpang dengan imbalan layanan yang demikian baik. Tampaknya Badan Usaha Milik Negara bidang transportasi ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius dari para wakil rakyat agar bagaimana memberikan subsidi yang lebih besar lagi dengan pola subsidi silang, agar keberlanjutan kualitas layanan agar terus terjaga; sebab fasilitas ini sangat membantu bagi rakyat yang ada dijalur-jalur dimana transportasi lain tidak menjangkaunya.
Sementara itu bagi korporat sebaiknya juga melakukan promosi pada lembaga-lembaga atau korporat lain akan pelayanan dan keunggulan serta biaya yang cukup terjangkau, jika akan melakukan perjalanan jarak jauh, terutama lembaga pendidikan yang sering terkena “penyakit” study tour. Agar orang tua tidak begitu dalam merogoh kocek guna membiayai anaknya, dan tidak dimanfaatkan oknum yang tidak bertanggungjawab guna menarik keuntungan pribadi. Agar peminat juga tidak mengalami kesulitan, bisa saja korporat memberikan layanan lanjutan dengan bekerjasama bersama korporat lain yang sejenis; sehingga ada keparipurnaan layanan.
Tampaknya diversifikasi alternatif pilihan moda dengan pola subsidi untuk masyarakat bawah pemerintah sudah cukup berhasil. Tinggal bagaimana untuk terus menjaga keberlanjutan layanan dan kualitas layanan, karena kelemahan utama negeri ini ada pada titik itu. Tentu caranya adalah fungsi kontrol yang ada pada lembaga legeslatif perlu terus dilibatkan; juga lembaga swadaya masyarakat tidak tinggal diam untuk terus menyuarakan.
Semoga dengan perayaan kemerdekaan yang ke tujuh puluh delapan ini, membuat perkeretaapian Indonesia semakin jaya. Pelayanan bukan hanya difokuskan untuk Pulau tertentu saja, akan tetapi harus disebarkan ke seluruh negeri. Dirgahayu Negeri Ku, Jayalah Sepanjang Masa. (R-2)
Recent Comments