PORTALLNEWS.ID (Bandar Lampung) – Yayasan Al Kautsar Bandar Lampung menggelar competency development and character building bagi 225 pendidik dan tenaga kependidikan di lingkungan Al Kautsar mulai dari unit TK, SD, SMP dan SMA. Kegiatan dilaksanakan selama empat hari, Senin—Kamis, 16-19 Juni 2025, di Bandung, Jawa Barat.
Kabid Pendidikan Yayasan Al Kautsar, Rizal Effendi mengatakan, ini merupakan program rutin tahunan yayasan Al Kautsar dalam meningkatkan kompetensi guru dan karyawan di lingkungan Al Kautsar. Rangkaian kegiatan berupa seminar pendidikan dengan tema “Guru Sebagai Pendidik dan Konselor” di Hotel Shakti Bandung, dilanjutkan dengan outbond dan keakraban di Pangalengan, dan wisata ke DCastelo. Di hari terakhir, belanja di Pasar Baru, Cibaduyut dan ke pusat oleh-oleh sebelum kembali ke Lampung.
“Kegiatan intinya adalah seminar pendidikan dan keakraban antar semua guru dan karyawan Al Kautsar,” kata Rizal Effendi, Kamis, 19 Juni 2025.
Menurut Rizal, seminar pendidikan “Guru Sebagai Pendidik dan Konselor” dilatarbelakangi oleh imbauan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti agar guru berperan sebagai pendidik sekaligus konselor. Hal ini juga tertuang dalam UU Guru dan Dosen yang menyatakan bahwa guru/dosen tidak sekadar bertugas mengajar, tetapi juga membimbing siswa/mahasiswa.
“Yayasan Al Kautsar berupaya memaksimalkan peran guru sebagai pembimbing. Oleh sebab itu, yayasan membekali semua guru dengan keterampilan konseling karena masih ada beberapa guru yang kesulitan membantu siswa dalam mengatasi masalah dan menemukan solusi tepat,” tuturnya.
Rizal berharap, dengan memiliki keterampilan sebagai konselor, diharapkan guru-guru Al Kautsar dapat membantu siswa dalam mengatasi masalah psikologis, seperti terkait bullying, rasa tidak percaya diri, kecemasan, tekanan mental, kesulitan belajar, serta pengembangan bakat dan minat siswa.
Koordinator Kegiatan, Yudi Antoni menambahkan, semua guru yang menjadi peserta seminar memiliki kualifikasi pendidikan Sarjana dan Magister yang sebagian besar sudah bersertifikasi.
“Selain guru, tenaga kependidikan Al Kautsar seperti bagian administrasi dan tata usaha juga dilibatkan dalam seminar pendidikan ini, dengan harapan ke depannya dapat mendukung tugas guru sebagai konselor,” jelas Yudi.

Masalah Mental Remaja
Panitia menghadirkan Founder and Director Productive School, Choqi Isyraqi, CPC yang juga seorang life and career coach profesional untuk menyampaikan wawasan sekaligus praktik konseling bagi para guru dan karyawan Al Kautsar.
Dalam paparannya, Choqi Isyraqi menjelaskan defenisi konselor dan konseling. Konselor adalah orang yang membantu individu untuk kenal dan paham dirinya dan masalah yang dihadapi, serta membantu menemukan solusi. Sedangkan konseling adalah proses membantu individu untuk memahami diri dan masalahnya agar dapat menemukan solusi yang tepat.
“Nah, mengapa guru harus menjadi konselor? Mari kita lihat realitas hari ini. Data HCC menyatakan 34 persen pelajar SMA Jakarta punya indikasi masalah mental, survei lain juga menyatakan dari 52.913.427 siswa, sebanyak 17,9 juta remaja Indonesia punya masalah mental. Lalu, tugas siapa menyelesaikan masalah mental remaja ini?” tanya Choqi.
Dia melanjutkan, gangguan mental yang kerap dialami siswa adalah rasa tidak percaya diri, cemas, dan tekanan mental meningkat bisa disebabkan oleh bullying, ekspektasi dan tekanan dari orang tua, maupun tekanan lingkungan sosial. Masalah keluarga dan sosial masuk ke dalam lingkungan sekolah, sementara sekolah memiliki keterbatasan tenaga konselor atau guru BK.
“Padahal karakter siswa itu terbentuk dari interaksi sehari-hari, bukan dari konseling sekali. Jadi solusinya, guru harus menjadi konselor yang menyediakan safe space bagi siswa dan membentuk karakter siswa di sekolah,” tegas Choqi.
Tips Menjadi Konselor
Dengan kemampuan konseling, seorang guru dapat mengenal keyakinan dan kondisi siswa dengan lebih dalam, mengarahkan untuk refleksi dan menyadarkan konsekuensi, serta mendorong pembentukan karakter melalui keputusan yang bertanggung jawab.
Choqi mengenalkan metode konseling yang dapat diterapkan di sekolah, yaitu ADAAB (aman, dengar, afirmasi, action, dan beri dukungan). Dia menjelaskan, seorang konselor harus membangun ruang aman bagi konselinya, artinya guru harus membangun kenyamanan agar siswa merasa aman dan mau bercerita, gunakan empati, bawa ke area nyaman dan tidak menghakimi siswa.
“Kemudian jadilah pendengar yang baik, dengarnya siswa, biarkan siswa merefleksinya emosinya, tunjukkan bahwa kita hadir sepenuhnya untuk mendengarkan permasalahan mereka. Setelah itu lakukan afirmasi, tanyakan apa yang dia rasakan dan apa alasannya melakukan perbuatan tersebut,” papar Choqi.
Setelah siswa menyampaikan semua yang dirasakan dan alasan-alasannya, ajak siswa melakukan aksi konkrit untuk mencari solusi. Choqi mencontohkan, guru bisa memberikan open question “Apa rencana selanjutnya? Apa yang coba kamu lakukan secara berbeda?”. Terakhir, beri dukungan siswa dengan menawarkan bantuan jika diperlukan.
Pada pelatihan juga dilakukan simulasi berkelompok dengan membagi peran sebagai konselor, siswa, dan pengamat. Lalu, mempraktekkan keterampilan konseling dalam mengatasi suatu kasus. Di penutup dilakukan feedback dan diskusi bersama pemateri. (R-1)
Recent Comments