PORTALLNEWS.ID (Bandar Lampung) – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung (Unila) menggelar webinar internasional bertajuk “What, Why, and How Deep Learning in International and Indonesian Contexts”, Senin, 13 Januari 2025.
Webinar ini bekerja sama dengan New Pedagogies for Deep Learning (NPDL), diikuti oleh 1.128 peserta dari berbagai kalangan, termasuk dosen, guru, mahasiswa, pemerhati pendidikan, lembaga swadaya masyarakat (LSM) pendidikan, hingga lembaga pemerintah di bidang pendidikan.
Webinar mengupas tentang Deep Learning versi NPDL dan Pembelajaran Mendalam versi Kemendikdamen sebagai kurikulum baru pada pendidikan dasar dan menengah di Indonesia.
Penyelenggara menghadirkan dua narasumber, yakni Global Facilitator NPDL Australia, Max Drummy dan Direktur DeepLearning.Indonesia, Yanuar Dwi Prastyo. Kedua narasumber memberikan pemahaman yang mendalam kepada seluruh peserta tentang potensi dan implementasi pendekatan Deep Learning tersebut.
Plt. Dekan FKIP Unila, Dr. Riswandi, secara resmi membuka webinar. Dalam sambutannya, ia mengapresiasi inisiatif dari dosen-dosen muda FKIP Unila, yang mayoritas merupakan CPNS tahun 2023, atas gagasan mengusung tema terkini di bidang pendidikan.
“Kami mendukung penuh kegiatan positif ini, yang mengangkat isu mendalam dan relevan di tingkat pendidikan dasar dan menengah, yaitu Deep Learning,” ujar Dr. Riswandi.
Webinar berlangsung interaktif dengan banyaknya pertanyaan dan komentar yang muncul dari peserta melalui platform Zoom dan YouTube.
Dalam paparannya, Yanuar Dwi Prastyo menjelaskan bahwa Deep Learning versi NPDL fokus kepada penguasaan 6 kompetensi global oleh lulusan, yakni kreativitas (creativity), berpikir kritis (critical thinking), komunikasi (communication), karakter (character), kewarganegaraan (citizenship), dan kolaborasi (collaboration).
Sedangkan Pembelajaran Medalam versi Kemendikdasmen menekankan proses dan suasana pembelajaran yang nyaman, kondusif serta menyenangkan. Bahwa proses pembelajaran harus berlangsung secara mindful (berkesadaran), meaningful (bermakna), dan joyful (menyenangkan).
“Saya saran agar tidak buru-buru mengubah kurikulum, kenali dulu, pahami dulu, baru implementasikan,” ujarnya.
Menurut dia, langkah awal yang harus dilakukan guru dan sekolah adalah mengukur capaian Kurikulum Merdeka yang selama ini telah diterapkan, melakukan evaluasi, setelah itu memahami Pembelajaran Mendalam dengan baik agar bisa diterapkan dengan benar di lapangan.
Sebab, lanjut Yanuar, walaupun Pembelajaran Mendalam fokus kepada penciptaan suasana pembelajaran yang mindful, meaningful, dan joyful, tetapi juga memiliki output delapan profil lulusan. Enam diantara profil tersebut mirip dengan profil lulusan Kurukulum Merdeka, yaitu Keimanan dan ketakwaan, Kewargaan, Penalaran kritis, Kreativitas, Kolaborasi, dan Kemandirian. Lalu, ditambah dengan Kesehatan dan Komunikasi.
Keberhasilan penerapan Deep Learning membutuhkan kolaborasi dari semua pihak, termasuk Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah.
“Kebijakan saja tidak cukup; pemahaman mendalam tentang Deep Learning harus dibangun, baik di kalangan pendidik maupun pemangku kebijakan,” ujarnya. (R-2)
Recent Comments