PORTALLNEWS.ID (Jakarta) – Penyakit hepatitis misterius yang menyerang anak usia 1 bulan-16 tahun menular lewat pencernaan dan saluran pernafasan. Penyakit yang belum diketahui secara pasti penyebabnya ini diduga karena infeksi Adenovirus 41, dan SARS-CoV-2 (Covid-19).
Di Indonesia, tiga anak diduga mengidap hepatitis akut misterius dan meninggal dunia, sedangkan di dunia Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat 288 kasus yang tersebar di berbagai negara. Hingga saat ini, Kementerian Kesehatan masih melakukan investigasi melalui pemeriksaan panel virus lengkap dan penyelidikan epidemiologi untuk mengetahui lebih lanjut penyebab penyakit tersebut.
Dilansir dari cnnindonesia.com, Dokter Spesialis Anak Konsultan Gastro Hepatologi RSCM FK UI Hanifah Oswari menyarankan para orang tua untuk meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan sejumlah tindakan pencegahan. Langkah awal mencegah hepatitis akut misterius tersebut adalah dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
“Untuk mencegah dari saluran pencernaan, jagalah kebersihan dengan cara mencuci tangan dengan sabun, memastikan makanan atau minuman yang dikonsumsi itu matang,” kata Hanifah Oswari, Kamis (5/5/2022).
Dia juga menyarankan, untuk menghindari pengunaan alat-alat makan bersama orang lain, serta menghindarkan anak-anak melakukan kontak dengan orang yang sedang sakit.
Selain itu, Hanifah juga mengingatkan untuk tetap menerapkan protokol kesehatan Covid-19, seperti memakai masker, menjaga jarak, dan mengurangi mobilitas untuk menghindari penularan lewat saluran pernafasan.
Gejala Hepatitis Akut Misterius
Hanifah menjelaskan, beberapa gejala awal penyakit hepatitis misterius adalah mual, muntah, sakit perut, diare, kadang disertai demam ringan, atau tanpa demam. Dalam waktu cepat, gejala bisa semakin berat, seperti air kencing berwarna pekat mirip teh dan BAB berwarna pucat. Jika masyarakat menemukan gejala tersebut pada anak mereka, maka diimbau untuk segera membawa anak ke fasilitas kesehatan terdekat.
“Bawa lah anak-anak kita ke fasyankes terdekat untuk mendapatkan pertolongan dari tenaga kesehatan. Jangan menunggu sampai gejalanya lebih berat, karena kalau berat kita kehilangan momentum untuk bisa menolong lebih cepat. Apalagi kalau sampai sudah terjadi penurunan kesadaran, maka kesempatan untuk menyelamatkannya sangat kecil,” ujarnya. (R-1)
Recent Comments