
PORTALLNEWS.ID (Pesawaran) – Sahiman (47 tahun) menyelipkan pensil ke telinganya, dan mulai fokus mengamati papan bayur yang telah dia garis-garis menggunakan pensil. Dia melirik angka-angka di kertas dan mencocokannya dengan ukuran di kayu. Ketelitian dalam mengukur kayu memang menjadi kunci kerapian dan keindahan kapal penumpang pesanan konsumennya.
“Alhamdulillah, satu bulan ini saya dikejar target menyelesaikan 6 kapal penumpang,” ujar Sahiman kepada jurnalis portallnews.id saat berkunjung melihat sentra produksi kapal di Pulau Tegal, Desa Gebang, Teluk Pandan, Padang Cermin, Pesawaran, Minggu (28/2/2021).
Pria kelahiran Pulau Tegal ini memilih pinggir pantai yang rapat ditumbuhi pohon kelapa sebagai lokasi kerja. Di bawah salah satu pohon kelapa terdapat gubuk kayu yang penuh dengan logistik para tukang, termasuk galon minum, termos, dan alat makan lainnya.
Menurut Sahiman, di masa Pandemi Covid-19 ini pesanan kapal justru meningkat. Jika sebelumnya, dia hanya menerima paling banyak dua pesanan kapal dalam sebulan, kini justru harus mengejar target menyelesaikan enam kapal pesanan konsumen.
Dia menduga masa pandemi membuat masyatakat banyak yang beralih ke wisata pantai dibanding wisata dalam kota atau mall.
Sahiman memang salah satu pengrajin kapal di Pulau Tegal yang memasok kapal penumpang di wilayah-wilayah Pesisir Lampung.
“Besok saya harus ke Ketapang menyelesaikan pesanan kapal yang ada disana,” tuturnya.
Desainer Kapal Kayu
Pulau Tegal memiliki cukup banyak pengrajin, tetapi tidak untuk desain kapal. Para tukang akan mencari Sahiman untuk jasa desainnya. Inilah keahlian yang tidak dimiliki semua pengrajin, Sahiman telah belajar secara otodidak mendesain dan membuat kapal sejak 30 tahun lalu.
“Nggak ada belajar khusus, kalau kata orang Jawa bondo nekad. Lulus sekolah tahun 1991, saya ikut orang membuat kapal, dari situ saya perhatikan dan saya pelajari, sekitar tahun 2005 saya sudah mulai menerima pesanan membuat kapal sendiri,” ujarnya.
Menurut Sahiman, dia berupaya membuat kapal sebaik dan sebagus mungkin. Kapal buatannya dipuji banyak langganan yang kemudian menyebar dari mulut ke mulut dan menjadikan Sahiman pengrajin favorit di kalangan konsumen kapal.
Dia mengaku tidak pernah mengalami kendala dalam mendesain kapal yang diinginkan konsumen. Namun, Sahiman menyesuaikan kualitas kapal dengan bujet yang dimiliki konsumen. Untuk satu kapal panjang 13 meter, lebar 2 meter dan tinggi 70 cm hanya dihargai Rp30 juta. Ini harga kapal dengan menggunakan kayu bayur.
Dia mengatakan, kualitas kayu bayur cukup bagus untuk kapal penumpang dengan masa pakai 7 tahun. Perawatan yang harus dilakukan hanya dengan melakukan cat ulang sekali 3 bulan.
“Harga paket Rp30 juta itu konsumen sudah terima bersih. Tapi, kalau bahan semua dari konsumen, kami tukang dan kenek terima upah aja,” paparnya.
Sahiman mengaku untuk pembuatan satu unit kapal, dia mendapat upah bersih sekitar Rp2 juta.

Anak-Anak Ikut Jadi Pengrajin
Dua anak Sahiman, yaitu Rohiman dan Rohidi yang kini belajar di kelas Paket C PKBM Pesona Pulau Tegal, ikut terjun menjadi pengrajin kapal.
Di lokasi, terlihat Rohiman memukul-mukul palu ke kayu-kayu yang telah disusun membentuk kapal. Kemudian dia turun dan melihat sisi lain kapal yang akan dikerjakan lebih lanjut.
Diwawancara di sela pekerjaannya, Rohiman mengaku baru tiga tahun belakangan ini ikut bapaknya membuat kapal. Namun, kemampuan belajarnya tergolong cepat sehingga
dia sudah mampu membuat pesanan kapal sendiri.
“Saya sudah pernah bikin sendiri, karena bapak banyak orderan, jadi dikasih ke saya, saya bikin bersama kenek saya,” tuturnya.
Bahkan, dia pernah membuat perahu besar dengan panjang 40 meter, lebar 4 meter, dan tinggi 3 meter pesanan pengusaha wisata Tegal Mas.
Menurut Rohiman sebagai tukang membuat kapal dia mendapat penghasilan Rp1,5 juta untuk satu unit kapal, sedangkan kenek diupah Rp1 juta per orang.
“Kami biasanya mengerjakan kapal dengan satu tukang dan tiga kenek,” ujarnya.
Diakui Rohiman, karena bekerja mengejar penyelesaian pesanan kapal, dia kerap telat belajar. Namun, Rohiman bertekad untuk menyelesaikan pendidikan setara SMA, dan jika memungkinkan melanjutkan pendidikan ke jenjang tinggi.