PORTALLNEWS.ID (Pringsewu) – Jarum jam menunjuk angka 05.00 WIB pagi, Minggu (9/1/2022). Satu persatu, wanita paruh baya membawa bakul dagangan tiba di lokasi di komplek Pemda Pringsewu, Provinsi Lampung. Ada sekitar 80 pedagang atau lebih dikenal dengan sebutan bakuler mulai menata lapak di Pasar Pagi Nggruput Pringsewu. Para pedagang memakai caping sebagai ciri khas bakuler Pasar Nggruput.
Pasar Ngguruput Pringsewu yang sudah beroperasi sejak 2017 ini, baru buka kembali tiga bulan terakhir karena pandemi Covid-19. Nggruput Pringsewu yang beroperasi setiap hari Minggu, mulai buka pukul 06.00 WIB hingga 10.00 WIB. Namun, pukul 5.40 WIB, masyarakat sudah ada yang datang ke lokasi untuk mencari jajanan kesukaan mereka, sekaligus mencari view pinggir sawah yang pas untuk nonkrong. Setiap buka, tidak kurang dari 1.000 pengunjung datang ke lokasi menikmati weekend bersama keluarga.
Seiring terbitnya mentari, suasana mulai riuh. Suara canda dan tawa pengunjung berpadu dengan alunan musik angklung. Sangat klop dengan nuansa pesawahan.
Pengunjung mampir dari satu bakul ke bakul yang lain mencari menu yang diburu. Di Pasar Ngguruput Pringsewu pengunjung bisa menemukan aneka makanan dan jajan tradisional nusantara mulai dari cenil, getuk, sate madura, lupis, gudeg, klepon, serabi Badung, nasi krawu, sate Padang, bakso Malang, cilok saus homemade, kerak telur, nasi kucing, dan makanan khas Lampung segubal. Di masa pandemi, tim Satgas Covid-19 Pemda Pringsewu juga membuka stand untuk pelayanan kesehatan dan vaksinasi Covid-19 gratis bagi masyarakat.
Koordinator Bakuler Ngguruput Pringsewu yang juga anggota Pringsewu Comunity, Dwi Oktarini mengatakan, Pasar Nggruput digagas oleh Pringsewu Comunity sejak 1 Oktober 2017. Namun, sejak pandemi Covid-19, Pasar Ngguruput tutup sementara untuk menghindari penyebaran virus Corona.
“Tiga bulanan ini lah baru buka lagi, pedagang diedukasi menggunakan masker dan sarung tangan plastik,” ujar Dwi yang mendapat julukan khusus dari para pedagang yakni Si Mbok Bakuler.
Menurut Dwi, sebagai koordinator bakuler Nggruput Pringsewu, dia bertugas mencari, menyeleksi dan mengedukasi para pedagang yang berjualan di Nggruput Pringsewu. Dia menanamkan konsep berdagang sebagai ibadah kepada para bakuler.
“Kita disini konsepnya ngibadah, menyenangkan hati banyak orang. Yang namanya ngibadah, itu konsekuensinya adalah amanah. Apa artinya? Mbok-mbok semua harus memilih bahan yang terbaik, diolah dengan cara yang sangat baik dan bahagia, kemudian disajikan dengan penuh sukacita, saya bilang gitu,” tuturnya.
Para pedagang juga diedukasi untuk menggunakan kemasan yang aman untuk kesehatan konsumen, sebisa mungkin menggunakan daun pisang, tapi juga dibolehkan menggunakan kertas nasi, dan kemasan plastik mika.
“Tidak boleh menggunakan stereoform,” tegas apoteker lulusan Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta ini.
Penanaman konsep berdagang untuk ibadah tersebut, menjadikan Dwi lebih mudah mengontrol keamanan da higienitas jajanan dan makanan tradisional yang dijual di Pasar Nggruput.
Menurut Dwi, dia menargetkan Pasar Ngguruput bisa menampung 100 pedagang. Namun, dia juga menjaga dan memperhatikan pemasukan setiap pedagang, terutama adaptasi antar sesama pedagang sebagai keluarga besar Bakuler Nggruput Pringsewu.
Dwi menuturnya, sebenarnya saat ini, keluarga besar Nggruput dan Pringsewu Comunity sedang berduka atas kehilangan sosok pembina H. Suchairi Sibabarani yang selama ini berjasa besar dalam merintis Nggruput Pringsewu. Namun, tim inti Pringsewu Comunity yang saat ini berjumlah sekitar 15 orang sepakat melanjutkan Pasar Nggruput sebagai bentuk amanah menjaga amal jariyah bagi almarhum Suchairi Sibabarani yang akrab mereka sapa Babe.
“Sosok Babe tidak tergantikan, tapi kita bismillah, kita tim Pringsewu Comunity dan bakuler sudah ngobrol bersama, dan bismillah, Nggruput Pringsewu kita lanjutkan, sebagai jariyah buat Babe,” tandasnya. (R-1)
Recent Comments