PORTALLNEWS.ID (Bandar Lampung) – Pengamat Ekonomi Universitas Lampung (Unila) menyatakan pemerintah Indonesia harus mempersiapkan diri menghadapi dampak resesi global dengan menggencarkan program hilirisasi produk dan menggulirkan proyek padat karya.
Guru Besar Bidang Ilmu Ekonomi Publik FEB Unila, Prof. Dr. Nairobi S.E., M.Si., mengatakan, resesi global merupakan proyeksi dari International Monetary Fund (IMF) dan World Bank yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia melambat hingga 2,9% pada 2023 ini dari sebelumnya 3,5% di 2022.
“Sebenarnya masalah utamanya itu, perang Rusia-Ukraina yang belum selesai dan kelihatannya akan semakin panjang karena ada keterlibatan banyak pihak yang ikut ke konflik tersebut. Ini menganggu rantai pasokan komoditas antarnegara. Kedua, karena dunia menganut rezim tingkat bunga tinggi,” kata Prof. Nairobi saat diwawancara di ruang kerjanya, Selasa (21/2/2023).
Perkiraan resesi global muncul dari hasil rapat Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserve (The Fed) yang menaikkan suku bunga acuan dari 0,5% menjadi 4,25-4,5% untuk memerangi inflasi. Kenaikan suku bunga acuan ini merupakan level tertinggi selama 41 tahun terakhir. Para pejabat The Fed juga mengatakan akan mempertahankan suku bunga tinggi hingga kondisi inflasi di Amerika Serikat membaik, dapat ditekan menjadi 2%.
Menurut Nairobi, dengan kenaikan suku bunga tinggi ini, orang cenderung menginvestasikan uangnya di lembaga keuangan dibandingkan melakukan investasi (usaha). Pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat ini akan berdampak terhadap Indonesia, terutama pada sektor-sektor industri perdagangan yang melakukan melakukan ekspor-impor. Beberapa industri perdagangan yang akan terdampak seperti pertambangan, otomotif, dan elektronik.
“Sebenarnya, saat ekspor melambat, turun karena harga rendah, ini bisa dimanfaatkan pemerintah untuk berkolaborasi dengan swasta melakukan hilirasasi produk, meningkatkan nilai tambah produk sehingga nilai jualnya bisa lebih tinggi,” kata Dekan FEB Unila ini.
Selain itu, lanjutnya, pemerintah juga dapat menggulirkan proyek-proyek yang menggunakan sumber daya manusia atau dulu dikenal dengan istilah proyek padat karya. Walaupun tidak efektif dari segi waktu pembangunan karena lama, tetapi secara transfer pendapatan jauh lebih efektif. Proyek padat karya dapat menyerap banyak tenaga manusia dan mengurangi beban masyarakat di saat krisis.
“Misalnya pembangunan jalan-jalan ke tempat wisata menggunakan proyek padat karya, seperti pelebaran jalan, kan bukan proyek besar. Nah, pekerjaan yang menggunakan traktor dikonversi menjadi sekian orang, misal sampai seribu orang, kan sudah sangat membantu, orang bergerak di sana, ekonomi tumbuh, pendapatan tumbuh,” tutur Nairobi.
Ketika ditanya apakah resesi global akan berdampak kepada pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di Indonesia? Nairobi menyatakan tidak akan terjadi PHK massal di Indonesia. Menurut dia, Indonesia saat ini merupakan pasar segar karena baru selesai sembuh dari Pendemi Covid-19. Orang sudah mulai bergerak. Namun, dia mengingatkan pemerintah untuk tidak melakukan kebijakan yang menekan atau represif terhadap aktivitas pergerakan manusia.
“Bagaimana pemerintah menyiapkan agar transportasi ini bisa berjalan dengan mudah, tidak membuat barriers to entry untuk para pelaku pasar ingin masuk lagi,” ujarnya.
Ditambah lagi, IMF memproyeksikan bahwa perekonomian dunia akan kembali tumbuh sekitar 3,1% pada 2024. Artinya, perekonomian dunia akan kembali membaik pada tahun depan. (RINDA/R-1)
Recent Comments