PORTALLNEWS.ID – Institut Tekhnologi Sumatera (ITERA) Provinsi Lampung menggagas Desa Wisata Astronomi di lokasi jatuhnya batu meteor di Desa Astomulyo, Lampung Tengah.
Peneliti ITERA, Robiatul Muztaba (dosen Sains Atmosfer dan Keplanetan), dan Danni Gathot Harbowo (dosen Teknik Geologi) ingin menjadikan Astomuyo sebagai cikalnya Desa Mitra ITERA.
Mereka ingin bersama-sama pemerintah daerah dan masyarakat mengembangkan situs khusus untuk observasi objek langit dan wisata astronomi di Lampung Tengah.
Berdasarkan lokasi jatuhnya, meteorit yang ditemukan pada 28 Januari 2021 lalu, kedua peneliti ITERA ini mengusulkan nama ‘Astomulyo Meteorite.‘
“Pada akhir Maret 2021, kami akan menginisiasi agenda edukasi dan wisata Astronomi (astrotourism) khusus di Desa Astomulyo dengan melibatkan warga dalam pengelolaannya. Momen ini bertepatan dengan fenomena alam hujan meteor γ-Normid dan supermooon pada akhir Maret 2021,” ungkap Robiatul Muztaba atau akrab disapa Aji ini, Selasa (16/2/2021), di Laboratorium Geologi dan Sains ITERA.
Dengan kolaborasi tersebut, masyarakat diharapkan dapat senantiasa menjaga kelestarian objek langit tersebut serta mampu memberikan manfaat yang berkelanjutan untuk masyarakat sekitar.
Dengan terjaganya meteorit tersebut, masyarakat dapat mengamati secara langsung dan mempelajarinya.
Menurut Aji, Ini sebuah keistimewaan yang luar biasa bagi desa ini, jika nilai ilmiah dan historis objek ini dapat dijaga dan dikembangkan oleh pelajar-pelajar dan para peneliti di Indonesia, khususnya di Provinsi lampung.
Berita terkait :
Peneliti Itera Datangi Rumah Warga yang Diduga Ditimpa Meteor di Lampung Tengah
Peneliti Itera Pastikan Batu di Lampung Tengah Meteorit
“Meteorit tersebut memiliki nilai historis dan ilmiah yang tinggi, tidak hanya dari sisi objeknya saja, lokasi pun menjadi sangat penting dalam kajian jatuhnya sebuah meteorit di Bumi. Kami rasa akan sangat baik jika Pemerintah Daerah dapat menginisiasi mini-museum di Desa Astomulyo, sebuah museum minimalis yang mampu menjaga serta mengedukasi masyarakat umum tentang benda-benda antariksa seperti meteorit,” ujar Aji.
Selain sebagai langkah dalam menjaga keutuhan Astomulyo Meteorite, tentunya ini dapat menjadi sebuah keistimewaan tersendiri bagi daerah tersebut, khususnya provinsi lampung di tingkat internasional.
Logam Berat Meteor Bersifat Racun
Aji dan Gathot telah menguji dua dari tiga pecahan meteorit yang ditemukan oleh warga, di Desa Astomulyo. Mereka menemukan hasil properti fisik dan kimia pada masing-masing meteorit diketahui densitas atau masa jenis pada objek tersebut berkisar ± 4 gr/cm3 dan kekerasan ± 5 – 6 dalam skala mohs.
Lebih lanjut, Gathot menyatakan bagian dalam meteorit ini memilki kilap logam dan mampu menarik magnet. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar meteorit memiliki kandungan logam yang relatif tinggi.
Ditinjau dari komposisinya, Astomulyo Meteorite memiliki unsur Fe (besi), Mg (magnesium), Si (silika) yang dominan.
Selain itu pada meteorit juga ditemukan beberapa unsur logam berat yang mudah teroksidasi dan larut dalam air seperti, Fe. Cr, Al, Ni, Se, timbal (Pb), dan seng (Zn). Logam berat tersebut dapat bersifat racun dan dapat merusak metabolisme serta jaringan dalam tubuh.
Hingga saat ini masih terus dilakukan penelitian komprehensif untuk mengidentifikasi harmful element lainnya yang mungkin ada pada Astomulyo Meteorite.
“Oleh karena itu kami terus mengimbau masyarakat untuk tidak menggunakan air rendaman meteorit tersebut apalagi sampai meminumnya,” ujar Gathot, di Laboratorium Geologi dan Sains ITERA, Selasa, 16 Februari 202.
Gathot dan Robiatul Muztaba, menambahkan, pihaknya masih akan terus melakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui lebih detail, terkait batu luar angkasa tersebut, termasuk prediksi usia (umur) hingga lokasi asal meteor di tata surya.
Menimbang dari keunikan fenomena jatuhnya meteorit di Desa Astomulyo, Lampung Tengah, Aji dan Gathot mengusulkan agar batu meteorit tersebut lebih banyak digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan, baik seperti di bidang astronomi dan kebumian.