PORTALLNEWS.ID – Kepala Cabang PT Jasa Raharja Provinsi Lampung, Margareth V Saulina mengatakan, Jasa Raharja akan memberikan santunan kepada tiga warga Tulang Bawang Barat yang menjadi korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182.
Margareth menjelaskan, ketika mendapat informasi pesawat Sriwijaya Air SJ182 hilang kontak di perairan Pulau Laki, Kepulauan Seribu pada Sabtu (9 Januari 2021) kemarin, pihak Jasa Raharja secara nasional langsung bergerak bersama pihak maskapai mengumpulkan data penumpang.
“Kemarin cukup simpang siur mengenai tiga penumpang asal Lampung, tapi sekarang sudah jelas, bener ada tiga penumpang Sriwijaya Air SJ182 dari Lampung, ” ujar Margareth pada konferensi pers, Senin (11/1/2021), di Kantor Jasa Raharja Lampung.
Menurut Margareth, tiga korban asal Lampung tersebut terbang ke Jakarta dari Bandara Raden Intan naik Pesawat Nam Air pada 8 Januari. Kemudian dilanjutkan penerbangan ke Pontianak, Kalimantan Barat, pada 9 Januari menggunakan Sriwijaya Air SJ182.
“Kami sudah menemui keluarga korban kemarin, bersama-sama dengan pihak Sriwijaya dan pimpinan daerah setempat,” tuturnya.
Tiga korban asal Lampung tersebut adalah Sugiono Effendi, Yohanes, dan Pipit Piyoni. Ketiganya merupakan warga Desa Toto Makmur, Batu Putih, Tulang Bawang Barat.
Untuk penyaluran santunan kepada keluarga korban sebagai ahli waris, Margareth menjelaskan, pihaknya menunggu pengumunan resmi dari Polri terkait identitas korban.
“Jika penumpang tidak ditemukan, kami akan meminta statemen dari pemerintah pusat, misalnya dinyatakan hilang,” katanya.
Sesuai UU 33 Tahun 1964 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 15 Tahun 2017 bahwa ahli waris berhak mendapatkan santunan sebesar Rp50 juta.
“Ini sebagai bentuk bahwa negara hadir di tengah masyarakat dan merupakan perlindungan dasar,” ujar Margareth.
Ambil Data Antemortem Korban
Sementara itu, Kabid Dokkes Polda Lampung, Kombes Andri Badarsyah mengatakan, untuk proses identifikasi korban, pihaknya sudah mengambil data antemortem tiga korban asal Tulang Bawang Barat dan menyerahkannya ke Rumah Sakit Kramat Jati.
“Data antemortem itu adalah data sebelum meninggal. Kami minta semua data dari pihak keluarga, baik itu tanda-tanda fisik, tanda-tanda medis, begitu juga properti milik korban, misalnya bajunya seperti apa, fotonya, dompetnya seperti apa,” kata Andri.
Selain itu, lanjutnya, pihaknya juga mengambil sampel DNA keluarga terdekat korban, seperti ayah dan ibu korban.
“Semua data ini sudah kami antarkan tadi malam ke Kramat Jati untuk dicocokkan dengan data postmortem yaitu data sesudah evakuasi korban atau properti di tempat kejadian,” tuturnya.
Pagi ini, kata Andri, timnya kembali mengunjungi keluarga korban untuk memberikan trauma healing pascakecelakaan.
“Tim kami melakukan trauma healing untuk memberikan semangat, untuk memberikan motivasi lagi kepada keluarga korban,” pungkas Andri.