Sepanjang perjalanan menuju Rhino Camp, di Patok Seket, Lampung Barat, mata saya tidak bisa lepas memandang pohon-pohon besar yang berusia ratusan tahun
Hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) yang terbentang mulai dari Tanggamus hingga ujung Lampung Barat merupakan hutan hujan tropis yang rindang dan subur.
Saya melakukan perjalanan ini bersama teman yang sama hobi traveling, beberapa waktu lalu. Misi kami ingin mengulik khasiat flora langka yang tumbuh di hutan TNBBS.
Dari Bandar Lampung, kami berangkat pagi, jarak dari Bandar Lampung sekitar 130,1 kilometer melalui Jalan Lintas Barat Sumatera.
Untuk mencapai lokasi Rhino Camp, di Patok Seket, Lampung Barat, dibutuhkan waktu sekitar 4 jam 30 menit.
Kami meluncur menggunakan mobil partroli milik Polisi Hutan yang bertugas menjaga keamanan TNBBS. Ditemani oleh beberapa petugas dari Balai Besar TNBBS, saya tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menggali banyak hal tentang Tapak Warisan Dunia penyumbang oksigen terbesar ini.
“Jadi, tidak hanya kita yang wajib menjaga hutan TNBBS ini, tapi juga seluruh dunia karena jika hutan ini rusak, maka sekitar 1/3 oksigen dunia akan berkurang,” ujar pria berbadan tegap tersebut.
Mobil terus melaju kencang di tengah keheningan hutan barisan selatan.
Wajah saya tengadah berupaya mencapai puncak pepohonan tua yang menjulang tingggi. Saya segera mengedipkan mata saat sinar mentari menyebul dari balik dedaunan pohon-pohon raksasa tersebut.
Raflesia Anoldi
Sampai di Rhino Camp, kami disambut Pak Sutrisno. Kami tidak bisa beristirahat lama-lama karena harus segera masuk hutan sebelum senja.
Hanya berjalan sekitar 10 meter dari camp, ada tiga bunga Raflesia anoldi yang sedang mekar, sedangkan sekitar lima lainnya berupa putik bulat seperti bola basket.
Menurut Pak Sutrisno, bunga bangkai raksasa itu mulai ditemukan di sekitar daerah Patok Seket sejak 1990.
Saat curah hujan tinggi, bunga Raflesia yang mekar bisa mencapai 140 hingga 150 bunga.
Hutan TNBBS telah menjadi habitat alami bagi perkembangan biakan raflesia anoldi.
Kantung Semar
Kami meneruskan perjalanan sekitar 5 meter dari bunga Raflesia tersebut, dan disana terdapat habitat tanaman kantung semar.
Saat saya memetik salah satu kantung semar, Pak Sutrisno langsung mengingatkan saya untuk tidak meminum air yang ada di dalam kantung semar tersebut.
“Hati-hati mbak, jangan diminum, coba lihat dulu, itu sudah terbuka daunnya, berarti airnya sudah beracun, kalau diminum akibatnya bisa fatal,” ujar Pak Sutrisno yang spontan membuat saya kaget.
Namun, Pak Sutrisno malah tertawa dan mencari kantong semar yang masih tertutup rapat, lalu meneguk air dalam kantong tersebut.
“Nah, kalau kantong
semar muda seperti ini, airnya masih bersih dan tidak beracun. Air ini memiliki banyak khasiat, ” tuturnya sambil menjelaskan khasiat flora langka yang tumbuh di hutan TNBBS ini.
Akar Merah
Usai berkeliling di sekitar hutan Rhino Camp, kami kembali ke pinggiran hutan TNBBS.
Dalam perjalanan pulang, Pak Sutrisno meminta kami berhenti, dan dia memotong kayu berwarna merah yang menggelantung di sebuah pohon besar.
“Ini namanya akar merah. Coba lihat, airnya banyak dan jernih,” kata dia. Glek..glek..glek.. Pak Sutrisno mengarahkan potongan akar merah ke mulutnya dan meneguk air langsung dari kayu merah itu.
Kami juga diberi masing-masing satu potong akar merah. Hmm, benar, airnya dingin dan segar.
Hutan TNBBS sangat luas, sekitar 356.800 hektare, terdapat di Bengkulu seluas 88 ribu hektare, dan di Lampung seluas 290.800 hektare.
Di Lampung, lahan TNBBS juga dibagi menjadi dua wilayah yaitu di Kabupaten Tanggamus seluas 10.500 hektare dan di Lampung Barat 280.800 hektare.
Kekayaan hutan TNBBS sangat luarbiasa.
Di hutan-hutan TNBBS terdapat lebih dari 300 jenis burung atau aves, 9 jenis primata seperti lutung, siamang, owa, beruk, monyet ekor panjang.
Bahkan, di TNBBS juga ada kera terkecil di dunia yang termasuk jenis kera buku atau Tarsius bancanus.
Kera ini aneh dan unik, matanya bulat besar seperi burung hantu dan kepalanya bisa berputar hingga 180 derajat.
Kera ini aktif di malam hari, kalau siang hari tidur dan istirahat.
Hutan ini juga menjadi habitat sekitar 90 mamalia seperti gajah, harimau sumatera, badak, beruang madu, dan lainnya.
Patroli Gajah
Jika ingin merasakan petualangan patroli naik gajah mengelilingi hutan TNBBS, Anda bisa mendatangi Resor TNBBS Pemerihan, Lampung Barat.
Disini ada beberapa gajah yang dilatih untuk melakukan patroli mengawasi 17.500 hektare hutan TNBBS di daerah Pemerihan.
Elephant Patrol yang dibentuk sejak 2009 tersebut juga berfungsi untuk mengusir gajah liar yang masuk ke kawasan penduduk.
Untuk menjaga kelestarian hutan-hutan TNBBS, tim Balai Besar TNBBS bekerjasama dengan polisi kehutanan melakukan patroli rutin masuk ke pos-pos penjagaan di tengah hutan.
Petugas patroli hutan dibekali senjaga semi otomatis jenis PN1A1 yang dapat digunakan sesuai prosedur saat menghadapi pemburu liar dan perambah hutan yang bersenjata locok atau rakitan.
“Kami dari Balai Besar TNBBS juga melibatkan masyarakat sekitar hutan untuk bersama-sama menjaga dan melestarikan hutan ini. Karena itu sekarang ada perhutanan sosial, dimana masyarakat boleh membudidayakan tanaman hutan di demplot yang sudah disediakan,” ujar salah satu petugas TNBBS.
Dia memaparkan, saat ini sudah ada demplot tanaman anggrek dengan 130 jenis anggrek hutan yang ditemukan di hutan TNBBS.
Masyarakat juga mengembangkan demplot tanaman obat flora langka, seperti pasak bumi dan akar merah.