PORTALLNEWS.ID – Sebuah penelitian terbaru menyatakan bahwa strain virus Corona yang menyebabkan diare parah dan muntah pada hewan babi dapat menular dan menyebar ke manusia.
Strain tersebut telah menginfeksi babi di China sejak 2016 dan dikenal dengan nama swine acute diarrhoea syndrome coronavirus atau SADS-CoV. Diperkirakan awalnya virus ini berasal dari kelelawar yang menularkannya ke babi.
Hal ini terungkap dalam sebuah studi baru yang dipimpin oleh University of North Carolina di Chapel Hill. Dilansir dari Science Times, Jumat (16/10), penelitian tersebut telah diterbitkan dalam jurnal Proceedings of National Academy of Sciences.
Para peneliti menggambarkan virus Corona sindrom diare akut babi atau SADS-CoV diduga sebagai jenis virus Corona kelelawar HKU2 yang berevolusi. Sebab, SADS-CoV, alphacoronavirus, milik keluarga yang sama dengan SARS-CoV-2, betacoronavirus.
Para peneliti secara sintetis memulihkan jenis liar rekombinan dan turunan virus Corona babi dengan gen indikator. SADS-CoV diuji pada sel-sel hati, usus, dan jalan napas manusia, tempat virus direplikasi secara efisien. Lalu strain babi diamati menyerang sel manusia yang tidak menggunakan protein reseptor ACE-2, yang telah dikaitkan dengan Covid-19.
Mereka merekomendasikan bahwa babi dan pekerja peternakan harus terus dipantau untuk mengetahui indikasi infeksi SADS-CoV untuk mencegah wabah dan kerugian ekonomi besar-besaran. Tapi, tim tersebut dapat mengobati SADS-CoV dengan obat Remdesivir di laboratorium.
Virus babi telah mempengaruhi peternakan di Tiongkok sejak 2016. Virus ini berpotensi menyebabkan kerusakan ekonomi yang besar pada industri daging babi di seluruh dunia.
Apa saja gejalanya?
Gejala SADS-CoV pada babi, terutama anak babi adalah diare dan muntah yang parah. Virus corona ini juga berbeda dengan jenis yang menyebabkan flu biasa pada manusia.
Peneliti Profesor Ralph Baric mengatakan bahwa para peneliti sebagian besar berfokus pada wabah betacoronavirus seperti SARS dan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS). Namun ‘alphacoronaviruses’ bisa saja memiliki risiko yang memicu kekhawatiran terhadap kesehatan manusia, mengingat potensinya begitu melompat cepat antar spesies.
Sejauh ini, belum ada kasus manusia yang dilaporkan terkena SADS-CoV. Namun pandemi saat ini menjadi pengingat bahwa ada banyak jenis virus Korona dari hewan yang berpotensi dapat menginfeksi manusia akibat limpahan.
“Replikasi SADS-CoV yang efisien di paru-paru dan sel usus manusia menunjukkan potensi patogen untuk berdampak negatif terhadap ekonomi global dan kesehatan manusia,” tulis para penulis.
Cara Mencegahnya
Pada abad ke-21, sudah ada tiga strain manusia dan tiga strain virus Corona babi yang tiba-tiba menjadi wabah global. Manusia sering melawan infeksi dari jenis virus Corona yang ditemukan pada hewan karena terjadi kekebalan kawanan pelindung silang. Namun, kisaran sel manusia yang terinfeksi dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa orang belum memiliki kekebalan terhadap SADS-CoV.
“Mungkin ada risiko potensial wabah di masa depan baik pada hewan maupun populasi manusia,” kata peneliti Caitlin Edwards.
Peneliti sedang menyelidiki lebih lanjut dan mengembangkan kandidat vaksin SADS-CoV untuk babi. Untuk saat ini, pemisahan awal babi yang terinfeksi dan pemantauan peternakan babi secara terus menerus dilakukan untuk membantu mencegah wabah besar serta penyebaran ke populasi manusia.
Sumber berita : jawapos.com